PROBOLINGGO,bolinggonews.com – Cabai adalah salah satu bahan pokok penting dalam masakan Indonesia. Dikenal karena rasa pedasnya, cabai digunakan dalam berbagai hidangan, mulai dari sambal hingga masakan sehari-hari.
Terdapat berbagai jenis cabai, seperti cabai rawit, cabai merah, dan cabai hijau, yang memiliki tingkat kepedasan berbeda. Selain memberikan rasa, cabai juga kaya akan vitamin C dan antioksidan, yang bermanfaat untuk kesehatan.
Dalam pertanian, cabai menjadi komoditas ekonomi yang signifikan, membantu meningkatkan pendapatan petani. Keberadaan cabai dalam masakan mencerminkan budaya kuliner Indonesia yang kaya dan beragam, menjadikannya elemen tak terpisahkan dalam setiap sajian.
Memasuki musim panen raya, para petani bukannya bergembira riang namun sebaliknya, para petani cabai di Kota Probolinggo menjerit. Lantaran saat ini harga dipasaran sangat rendah, bahkan jauh dari modalnyang dikeluarkan saat menanam.
Hasan Prasojo, salah satu petani cabai di Kota Probolinggo ini salah satunya. Ia mengaku mengalami kerugian yang sangat mendalam, di musim panen saat ini.
Dari pengakuannya, saat ini harga cabai besar hanya berkisar tujuh ribu rupiah saja untuk perkilogramnya. Dengan harga segitu tentu jauh dari modal awal menanam, dan perawatannya, yang bisa mencapai 14 ribu, untuk per pohon,” terangnya, pada jumat (1/11/1014).
selain itu, dari satu pohon yang ditanam pun, saat ini hanya mampu menghasilkan 500 gram cabai besar. Padahal biasanya, untuk satu pohon yang ditanam oleh Hasan, bisa menghasilkan satu kilogam cabai besar.
Hal yang sama pun juga terjadi pada cabai rawit, yang saat ini mencapai sembilan ribu rupiah, untuk harga perkilogramnya.
Untuk mensiasati melimpahnya hasil cabai dari satu pohon, ia juga mencoba metode penanaman baru. Metode tersebut menggunakan semprot tetes.
“Namun ini masih masa percobaan, memang harga perawatannya tetap membutuhkan biaya tambahan, untuk membeli tetes ini sendiri,” ucapnya.
Ia berharap dengan metode baru yang dicobanya ini, bisa menghasilkan cabai berkualitas dari satu pohon, yang sebelumnya hanya menghasilkan 500 gram cabai, bisa berbuah lebih lebat.
“Untuk musim panen yang saat ini kan, memasuki musim ke tiga dalam setahun, atau yang kerap disebut dengan panen di musim kemarau kedua, dan di musim ini, cuacanya terbilang terlalu panas,” imbuhnya.
Menurutnya, cuaca yang terlampau panas ini sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan cabai. Belum lagi untuk saat ini, petani cabai mulai banyak, membuat stok di pasaran melimpah, dan daya beli masyarakat semakin menurun ditengah deflasi besar – besaran seperti yang terjadi saat ini.
Oleh sebab itu ia berharap, pemerintah tidak tutup mata dengan keadaan yang saat ini melanda para petani. “Ya setidaknya pemerintah membantu para petani di desa – desa ini, untuk memberikan jalan kepada gudang distributor perusahaan besar, atau pabrik – pabrik besar seperti indofood, dan sebagainya,” tuturnya.
Agar para petani yang mengalami penurunan harga panen, seperti saat ini, bisa tetap menanam untuk musim berikutnya.
“Karena dengan kerugian yang saat ini kita alami, kita terancam tidak bisa melanjutkan menanam lagi,” ungkapnya.
Saat ini, pemasaran cabai rawit maupun cabai besar, untuk para petani di Kota Probolinggo, hanya ke pasar lokal.”Untuk pemasaran luar daerah, hanya ke Pasar Keputran Surabaya saja,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, harga cabai di pasaran saat ini seharga 14 ribu rupiah, untuk perkilogramnya. Serta 12 ribu rupiah untuk harga cabai besar, perkilogram.
Penulis : De
Editor : Nos
Sumber Berita : Bolinggonews.com









