PROBOLINGGO, bolinggoNews.com– Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Probolinggo sukses menyelenggarakan Seminar Nasional bertema Agama, Etika dan Perdamaian Menemukan Titik Tengah dalam Masyarakat Multikultural.
Acara ini bertujuan menghadirkan iklim ilmiah dan memperkuat harmoni lintas agama di tengah masyarakat.
Bersamaan dengan seminar, dilakukan pula pengukuhan Pengurus Forum Kader Muda Penggerak Moderasi Beragama (FKM PMB) Periode 2025-2026.
Acara ini dilaksanakan di Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Probolinggo, Jalan Sutoyo.
Seminar dihadiri oleh Walikota Probolinggo, dr. H. Aminudin, Sp.Og. (K), M.Kes, jajaran pengurus FKUB, dan 122 peserta seminar dari berbagai unsur masyarakat, terutama organisasi guru dan organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan di Kota Probolinggo.
Narasumber yang mengisi acara adalah Ahmad Sahidah, Ph.D. (Dosen Pascasarjana Universitas Nurul Jadid Paiton) dan Romo Ignasius Budiono, O.Carm. (Dosen STFT Widya Sasana Malang).
Dalam sambutannya, Walikota Probolinggo, dr. Aminudin, menyampaikan bahwa kota Probolinggo adalah kota yang kaya keberagaman agama, budaya, dan tradisi.
“Keragaman yang ada ini bukan sekadar fakta sosial, tetapi juga **investasi peradaban**. Namun, keberagaman hanya akan menjadi berkah apabila kita kelola dengan prinsip saling menghormati, saling memahami, dan saling menjaga,” ujar Walikota Aminudin.
Dalam kesempatan yang sama, Walikota Aminudin juga mengukuhkan pengurus FKM PMB, sebuah forum yang dibentuk oleh FKUB sebagai wadah bagi anak-anak muda lintas agama.
Sementara itu, Ketua FKUB Kota Probolinggo, Dr. Ahmad Hudri, menjelaskan peran strategis lembaganya.
FKUB adalah jembatan dialog, rumah bersama, dan ruang perjumpaan bagi seluruh elemen masyarakat lintas agama. Kami terus hadir di tengah masyarakat, menghadirkan kesejukan, memastikan ruang publik tetap inklusif, serta memperkuat ketahanan sosial,” jelas Dr. Hudri.
Ia menambahkan bahwa tema seminar sangat relevan, terlebih menjelang tahun-tahun politik dan perubahan sosial yang cepat.
“Perdamaian tidak lahir semata-mata dari ketiadaan konflik, melainkan dari hadirnya keadilan, dialog, dan sikap saling memahami. Agama harus mampu menjadi kompas moral dalam perjalanan masyarakat multikultural,” tegasnya.
Usai seremoni pembukaan, acara dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi. Romo Ignasius Budiono menyampaikan bahwa pilar penting untuk menemukan titik tengah kehidupan bersama adalah Etika Lintas Iman (Interfaith Ethics).
“Setiap agama membawa pesan universal tentang kebaikan. Ketika nilai-nilai ini dipertemukan, lahirlah etika bersama yang mampu menjadi pedoman harmoni.
Kota Probolinggo perlu terus membangun ruang dialog yang masuk ke dalam implementasi kehidupan sehari-hari,” jelas Romo Budiono.
Romo Budiono juga menekankan pentingnya penguatan Moderasi Beragama. “Moderasi bukan memoderatkan ajaran agama, tetapi memoderatkan cara kita memahami dan mengekspresikan agama. Sikap anti-ekstrem, anti-kekerasan, dan anti-diskriminasi harus menjadi prinsip yang ditanamkan,” tambahnya.
Narasumber kedua, Ahmad Sahidah, memaparkan mengenai perlunya memperkuat literasi agama yang inklusif, membangun kebijakan negara yang adil, dan mengedepankan etika kemanusiaan universal sebagai dasar interaksi.
“Agama dapat menjadi sumber etika universal untuk perdamaian. Titik tengah ditemukan melalui dialog, pendidikan, keadilan, dan empati. Perdamaian terjadi ketika agama dan etika berjalan bersama,” tutup Sahidah.
Sesi tanya jawab direspons dengan sangat antusias oleh 122 peserta. Namun, karena keterbatasan waktu, acara seminar ditutup menjelang waktu magrib.
Penulis : De
Editor : Nos
Sumber Berita : Bolinggonews.com















