PROBOLINGGO,bolinggoNews.com – Pesta adrenalin trail adventure bertajuk Power to Power di Rest Area Betek, Krucil, Probolinggo, Minggu (16/11), menyisakan cerita Pilu.
Di balik gemuruh ratusan rider, insiden serius yang menimpa salah satu peserta, berinisial R A, mengungkap dugaan abainya panitia terhadap keselamatan dasar dan perlindungan peserta.
Keluarga korban mempertanyakan ketiadaan asuransi peserta dan standar penanganan medis yang dinilai sangat lambat dan jauh dari profesional.
Padahal, ajang berbayar ini melibatkan risiko ekstrem dan perputaran dana yang ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Asuransi Nol Besar, Risiko Ditanggung Peserta R A, kerabat korban, menuding panitia penyelenggara tidak menyediakan jaring pengaman berupa asuransi bagi peserta yang mengalami cedera.
Padahal, dengan tiket sekitar Rp200.000 per orang dan estimasi 1.200 rider yang berpartisipasi, potensi dana pendaftaran mencapai angka ratusan juta rupiah.
“Event seperti ini seharusnya ada asuransinya, tapi kenapa ini tidak ada,”keluh R A.
Ia mempertanyakan ke mana larinya dana pendaftaran jika risiko cedera sepenuhnya harus ditanggung sendiri oleh peserta dan keluarga. Minimnya perlindungan ini dianggap kontras dengan besarnya potensi ekonomi event tersebut.
Evakuasi Alpa SOP, Ambulans Bawa Risiko Baru Kekosongan asuransi diperparah dengan kualitas penanganan medis yang disorot tajam. R A menyebut, saat korban terkapar di lintasan, tandu tak kunjung datang.
Tandu yang akhirnya didapat secara darurat oleh sesama peserta bahkan tidak dilengkapi sabuk pengaman.
“Saudara saya hampir jatuh. Akhirnya saya ikat pakai tali jaket saya,” ungkapnya.
Dugaan kecerobohan panitia berlanjut saat proses evakuasi. R A menuturkan, kondisi korban yang sudah patah tulang justru diperparah oleh insiden di dalam ambulans.
“Tertimpa tabung oksigen, akhirnya luka dan darahnya keluar,” terangnya.
Ia juga mempertanyakan Standar Operasional Prosedur (SOP) evakuasi, di mana petugas terkesan lebih dulu sibuk menurunkan barang-barang lain dari ambulans ketimbang fokus pada kondisi korban.
“Kalau SOP-nya begini, harus dievaluasi,” tegas R A.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari pihak panitia kegiatan.
“Sampai sekarang ini pun tidak ada panitia yang mendatangi korban. Ini miris sekali, apalagi acaranya bayar,” tandas R A.
Di sisi lain, menurut informasi yang dihimpun dari beberapa media, Komisi IV DPRD Probolinggo yang membidangi sektor kesehatan dan kesejahteraan, menyatakan tanggung jawab teknis telah diserahkan sepenuhnya kepada event organizer (EO).
Belum ada penjelasan rinci mengenai mekanisme pengawasan keselamatan, fasilitas kesehatan, maupun kewajiban asuransi dalam perizinan event.
Penulis : De
Editor : Nos
Sumber Berita : Bolinggonews.com









