PROBOLINGGO,bolinggoNews.com – Krisis lingkungan dan perubahan iklim bukan lagi ancaman, melainkan kenyataan yang dampaknya terasa langsung hingga ke tingkat lokal.
Penurunan drastis kualitas udara, peningkatan volume sampah yang membludak, risiko banjir, dan penyusutan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menuntut aksi segera, kolaboratif, dan revolusioner untuk memulihkan bumi kita.
Di tengah tantangan ini, nilai-nilai keagamaan tampil sebagai fondasi moral. Setiap agama mengajarkan amanah suci untuk menjaga ciptaan Tuhan dan etika keberlanjutan.
Justru di sinilah letak kekuatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB); sebagai jembatan yang mampu menyatukan suara dan aksi lintas iman dalam menghadapi isu ekologis yang bersifat multidimensi.
Berangkat dari kesadaran mendalam ini, FKUB Kota Probolinggo tidak tinggal diam.
Mereka merumuskan sebuah inisiatif kolaborasi lintas agama yang terukur, aplikatif, dan berkelanjutan, yang diberi nama EcoHarmony (Ecological Harmony of Interfaith Community).
Program visioner ini secara resmi diluncurkan oleh Ketua FKUB Kota Probolinggo, Dr. Ahmad Hudri, ST., MAP., pada Senin, 8 Desember 2025, bertempat di Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo.
Peluncuran program ini menarik perhatian luas, dihadiri oleh jajaran DLH, Pengurus FKUB, perwakilan tokoh lintas agama, serta mitra lingkungan kunci seperti Papesa, Formalis, dan KPL.
Dalam presentasinya yang bersemangat, Hudri menekankan bahwa menyelamatkan lingkungan harus menjadi bagian integral dari praktik spiritual.
Ia menyerukan pengintegrasian nilai spiritual, edukasi lingkungan yang masif, dan aksi nyata untuk mewujudkan Kota Probolinggo yang bersih, sehat, dan damai.
“Kita harus mengakui, ikhtiar merawat lingkungan adalah jihad moral kita bersama. Ini tidak bisa dilakukan sendiri.
Kita memerlukan dukungan penuh dan kolaborasi yang solid dari semua pihak, terutama tokoh agama dan aktivis lingkungan. EcoHarmony adalah janji kami untuk bertindak nyata,” tegas Hudri.
EcoHarmony bertekad mewujudkan gerakan pelestarian lingkungan yang harmonis, aplikatif, dan berkelanjutan, berlandaskan nilai spiritual dan etika ekologis.
Tujuh Pilar Utama EcoHarmony yang ditetapkan Hudri adalah:
Mengintegrasikan ajaran dan etika agama sebagai motor penggerak aksi pelestarian lingkungan.
Membangun kapasitas pemuda dan tokoh lintas agama menjadi garda terdepan penggerak ekologis.
Mendorong gerakan restorasi lingkungan melalui tanam pohon, pengelolaan sampah terpadu, dan perawatan ruang publik.
Menguatkan sinergi aktif antara FKUB, rumah ibadah, pemerintah daerah, dan dinas terkait.
Menciptakan model percontohan Rumah Ibadah Ramah Lingkungan (Green Worship Area).
Menghasilkan modul teologi-ekologi lintas agama sebagai bahan edukasi yang revolusioner.
Sasaran program ini sangat luas, mencakup: Penggerak lintas iman, Tokoh agama dan pengurus rumah ibadah, Pemuda lintas agama, DLH, BPBD, Dinas Kesehatan, Lembaga pendidikan, Mitra Lingkungan DLH, hingga seluruh elemen masyarakat umum.
EcoHarmony dirancang dengan fokus pada aksi nyata yang masif dan terarah, meliputi:
Gerakan Penghijauan: Penanaman dan adopsi pohon skala besar, Penghijauan halaman rumah ibadah.
Aksi Bersih: Bersih sungai, sanitasi lingkungan, dan Pengurangan sampah di rumah ibadah.
Pemberdayaan Komunitas: Pembuatan taman komunitas, Gerakan kompos rumah ibadah, dan Bank Sampah Lintas Iman.
Inovasi Lingkungan: Penataan RTH, Implementasi Rumah Ibadah Hijau (Green Worship Area), Penerapan eco-signage, dan Penggunaan energi ramah lingkungan.
Untuk memastikan program ini mengakar kuat, diperlukan upaya kolaboratif seperti Kampanye Publik EcoHarmony yang intensif, konten kreasi media sosial edukatif, Seminar dan diskusi publik, serta Festival EcoHarmony Tahunan yang diharapkan menjadi panggung perayaan kepedulian lingkungan lintas iman.
Program yang telah mendapatkan masukan positif dari berbagai pihak ini direncanakan bergulir penuh pada tahun 2026 dan didorong menjadi agenda prioritas Kota Probolinggo yang berkelanjutan.
Penulis : Id
Editor : Nos
Sumber Berita : Bolinggonews.com









