PROBOLINGGO,BolinggoNews.com – Gedung Inspektorat, yang seharusnya menjadi menara suar kemandirian pengawasan, kini terancam mangkrak disebabkan masalah finansial kontraktornya.
Proyek miliaran rupiah yang digadang-gadang ini kini menjadi simbol kegagalan sistemik pengadaan barang dan jasa publik.
Senin (3/11/2025), ruang Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPRD berubah menjadi arena penghakiman publik yang penuh ketegangan.
Di bawah sorotan lampu yang dingin, terkuaklah sebuah borok memalukan di balik tender megah: CV Tujuh April, kontraktor pelaksana, secara efektif telah kolaps likuiditas.
Suasana memanas seketika. Kekecewaan dewan mencerminkan amarah kolektif warga kota yang merasa dikhianati. Mereka menuding kontraktor telah bersikap tidak profesional dan nekat, bak pemain judi yang mempertaruhkan uang rakyat tanpa modal.
Di tengah keheningan, Robit Riyanto, Anggota Komisi III DPRD murka terlihat dari suara kerasnya penuh kekecewaan. Robit melontarkan ultimatum keras kepada pihak kontraktor.
“Saya tidak peduli dengan alasan teknis, saya peduli dengan tanggung jawab! Kalau kontraktor tidak punya uang, JANGAN NAWAR! Ini bukan proyek ecek-ecek. Ini adalah UANG RAKYAT Kota Probolinggo” ujarnya.
Robit mengaku trenyuh, merasakan kepedihan lembaga Inspektorat yang bertahun-tahun merindukan kantor layak. Ia menuntut kepastian yang tak terelakkan saat itu juga, mendesak agar pertaruhan ini segera diakhiri.
“Kalau siang ini bisa diputuskan lanjut, ya lanjut! Tapi kalau tidak bisa ambil keputusan, lebih baik keluar saja! Jangan buang-buang waktu kami” desak Robit, menuntut pertanggungjawaban di atas meja perundingan.
Di sisi lain meja, Edi Geol, pengawas proyek, hanya mampu berdalih klise soal kendala perbedaan gambar teknis. Namun, pengakuan yang paling menyakitkan dan mematikan datang dari perwakilan keuangan CV Tujuh April, Rino.
Dengan kepala tertunduk, Rino mengakui secara terbuka bahwa dana perusahaan sudah limit alias menipis.
“Beberapa kusen pintu aluminium sudah terpasang, tinggal kusen jendela. Dana memang terbatas, tapi kami berusaha lanjut. Insya Allah proyek ini bisa tuntas,” janji Rino.
Pernyataan ini seolah membenarkan ketakutan terburuk dewan: proyek yang menjadi harapan warga ini akan kembali menjadi monumen mangkrak di Probolinggo, hanya karena ulah kontraktor yang salah perhitungan dan minim modal.
Robit Riyanto menutup RDP dengan sebuah sumpah moral dan hukum. Komisi III bersumpah tidak akan mentolerir kegagalan kedua.
“Kita bicara soal pertaruhan moral dan hukum di sini. Kalau proyek ini macet lagi, masyarakat yang akan menanggung akibatnya. Kami pastikan akan ada tindak lanjut tegas,” tandas Robit.
Penulis : De
Editor : Nos
Sumber Berita : Bolinggonews.com









